SEJARAH NASIONAL




W.R. SOEPRATMAN Pahlawan Nasional Yang Diperebutkan


Oleh Darisman Broto

            Tak perlu diragukan lagi bahwa nama W.R. Soepratman dikenal banyak orang terutama bagi bangsa Indonesia sebagai Pahlawan Nasional, terutama sebagai pencipta lagu Indonesia Raya dan lagu-lagu perjuangan. Demikian juga kisah Pahlawan yang satu ini sebagai pejuang kemerdekaan gerak langkahnya bersama para pemuda pergerakan pejuang kemerdekaan Indonesia lainnya.
Penulis tidak akan menguraikan panjang lebar kehidupan W.R. Soepratman atau dengan nama lengkap Wage Rudolf Soepratman. 
            Karena ini sudah banyak diceritakan oleh buku-buku Sejarah dan Media yang sudah bertebaran.Kehidupan Wage , demikian nama yang pertama disematkan oleh ayahnya dan baru kemudian ditambahkan dengan nama Soepratman, secara spiritual atau religiusitasnya. Ia seorang Kristen Katolik kah atau Muslim. Hal ini belum banyak diungkap secara mendalam oleh pelbagai penulis sejarah.  Dan pada kenyataannya Wage setelah kewafatannya menjadi  “ perebutan “ dua golongan keagamaan terutama pihak Gereja Katolik dan kaum Muslim terutama dalam hal ini Jemaat Ahmadiyah Indonesia ( Qadiani ).

Sekilas Kehidupan W.R.Supratman.

             WR Soepratman dilahirkan di Somongari, Purworejo , 9 Maret 1903. Ayahnya bernama Djoemeno Sastrosoehardjo, seorang tentara KNIL Belanda dan ibunya bernama Siti Senen. Soepratman adalah anak ke tujuh dari Sembilan bersaudara. Di  usia sekitar 10 tahun Supratman mengikuti dan tinggal bersama sang kakak kandung perempuanya bernama Roekijem Supratiyah yang menikah dengan pria Belanda bernama Willen van Eldik ke Makassar. 
             Di Makassar Supratman bersekolah di sekolah Belanda dan namanya ditambahkan oleh kakaknya dengan nama Rudolf agar dapat diterima di sekolah Belanda. Supratman lulus sekolah guru dan sempat mengajar di sekolah Belanda dan kemudian bekerja di perusahaan dagang. Di usia 20 tahun Supratman kembali lagi ke Bandung tempat ayah dan ibunya dan menggeluti sebagai wartawan di harian “ Kaoem Muda “ dan “ Kaoem Kita “.
Kemudian Soepratman hijrah ke Jakarta dan tetap menjadi wartawan yaitu di harian “ Sin Po “. Selain menjadi wartawan Soepratman juga hobby bermain Biola dan mencipta lagu. Keahlian bermain Biola didapat dari kakaknya Roekijem dan kakak iparnya Willem van Eldik yang sama-sama menggemari musik. 
             Selain sebagai wartawan dan pemusik , Soepratman juga seorang penulis buku. Dari Bandung Soepratman pindah ke Jakarta. Di Jakarta sebagai wartawan Supratman banyak mengenal para tokoh pergerakan dan ikut dalam aksi-aksi perjuangan kemerdekaan.
            Di Jakarta pula Soepratman mengenal Salamah yang kemudian menjadi istrinya yang dinikahkan secara Islam oleh seorang Haji dimana mereka berdua tinggal dalam satu rumah kontrakan milik seorang Haji tersebut.
Pada bulan Juli 1933 Soepratman mulai dilanda sakit-sakitan, dan di bulan November 1933 ia pun berhenti sebagai Wartawan Sin Po. 
             Akhirnya ia pergi ke Surabaya tempat dimana kakaknya Roekijem, sang Kakak merawat adiknya itu dengan penuh kasih sayang namun karena keterbatasan dana tidak bisa memberikan perawatan pengobatan dan dokter yang terbaik. Dan pada tanggal 17 Agustus 1938 sang Pahlawan dan Komponis lagu-lagu perjuangan itu menemui sang Khaliq. Pahlawan bangsa itu wafat dalam usia yang sangat muda 35 tahun.  Dimakamkan secara Islam dan dibuatkan tempat pemakaman khusus oleh pemerintah di kota Surabaya.

Klaim Gereja Katolik

             Setiap pribadi maupun suatu kelompok akan bangga menamai sebuah nama seseorang, sebuah yayasan, tempat , sarana publik atau sebuah organisasi dengan nama tokoh yang menjadi kebanggaannya. Dengan tujuan agar terimspirasi dari sosok tokoh tersebut dan mengenang akan jasa-jasanya. 
Ada sebuah Sekolah SMA Katolik bernama WR Soepratman yang berada di Kota Samarinda Kalimantan Timur yang berdiri sejak 1 Agustus 1963 dan tercatat di Departemen Pendidikan dibawah wilayah Keuskupan Samarinda dan dikelola Yayasan Pembangunan Rakyat.   
Dalam buku “ Mengenal Tokoh Katolik Indonesia : Dari Pejuang Kemerdekaan, Pahlawan Nasional, Hingga Pejabat Negara “ yang disusun oleh Bernadus Barat Daya dan Silvester Detianus Gea ( Penerbit Yakomindo Jakarta 2017 ). Wage Rodolf Soepratman adalah salah satu tokoh yang dicatat sebagai orang Katolik Indonesia yang menjadi Pahlawan Nasional. Tokoh-tokoh lain selain WR Sopepratman disebut diantaranya, Mgr. Albertus Magnus Soegijapranata, Marsekal Muda Agustinus Adisucipto, Marsekal Pertama TNI ( Anumerta ) Tjilik Riwut, Laksamana Muda ( Anumerta ) Yosaphat Sudarso, Robert Wolter Monginsidi, Brigadir Jendral ( Anumerta ) Ignatius Slamet Riyadi, Ajun Inspektur Polisi ( Anumerta ) Karelius Sadsuitubun, Franciscus Georgius Van Lith, SJ dan lain-lain.
Di dalam buku yang diberi kata Sambutan oleh Direktur Jendral Bimas Katolik – RI Eusabius Binsasi ini juga mencantumkan tokoh-tokoh Katolik setelah Kemerdekaan. Salah satunya yaitu Henk Ngantung tokoh Katolik seniman lukis asal Menado yang diangkat sebaggai Wakil Gubernur di era Presiden Sukarno dan di tahun 1964 diangkat menjadi Gubernur DKI Jakarta. 1 ) 

Tak hanya di buku itu, klaim WR Soepratman sebagai tokoh Katolik juga banyak bertebaran diblog-blog milik Romo-romo dan penggiat agama Katolik. 2)

          Sebagai tokoh yang diklaim sebagai orang Katolik yang konon nama Rudolf dari Wage Rudolf Soepratman adalah nama Baptis. Namun tidak ditemukan catatan kapan ia dibabtis, dimana dan oleh Romo siapa. 




Klaim Jamaah Muslim Ahmadiyah Indonesia


            Berawal dari keterangan Amir Nasional Jemaat Ahmadiyah Indonesia ( JAI ) Maulana Abdul Basith dihadapan anggota Komisi VIII DPR RI dalam dengar pendapat umum ( RDP ), Amir JAI menyatakan dengan terang bahwa WR Soepratman adalah anggota Jemaat Ahmadiyah ( 16/02/2011 ). Namun sayangnya Amir JAI tidak bisa menjelaskan secara detil dan bukti-bukti yang kuat. Demikian yang dilansir media online inilah.com. 3)
           Apa dasar Amir JAI memberikan pernyataan seperti itu. Setelah ditelusuri ternyata penyataan itu dikutip dari sebuah artikel disebuah buku yang berjudul “ Kenang-kenangan 10 Tahun Kabupaten Madiun “ yang ditulis oleh Soejono Tjiptomihardjo yang kemudian dikutip kembali oleh Bondan Winarno dalam Bukunya WR Soepratman Pencipta Lagu Indonesia Raya ( Penerbit TSA Komunika @2003 ). Bondan tidak memberikan informasi tambahan dari apa yang ada di Buku Kenang-kenangan 10 Tahun Kabupaten Madiun.
             Ia hanya menyalin tempel dari buku tersebut yang penggalannya dari Buku Kenang-Kenangan 10 Tahun Kabupaten Madiun, adalah sebagai berikut , “  ……..Tahun 1932, Soepratman mendapat sakit urat sjaraf, disebabkan lelahnja karena bekerja keras. Setelah beristirahat 2 bulan, di Tjimahi, beliau kembali ke Djakarta untuk mengikuti aliran Achmadijah. Sedjak April beliau bersama kakaknya menetap di Surabaya. ( Buku Kenang-kenangan 10 Tahun Kabupaten Madiun halaman 168 s/d 171 , Madiun 1956,  penerbit tak diketahui ). 4)

           Inilah yang kerap menjadi andalan para penggiat dan penulis Jemaah Muslim Ahmadiyah ( Qadian ) di berbagai medianya.
            Ahmadiyah ( Qadian ) sudah ada sejak sebelum kemerdekaan R.I. yaitu tahun 1925 pada waktu itu sebagai misi pertama di Nusantara Maulwi Rahmat Ali HAOT mubaligh Ahmadiyah asal Hindustan yang ditugaskan oleh Khalifah Ahmadiyah ke-2 Hz Bashiruddin Mahmud Ahmad ra.
           Adakah cerita-cerita secara lisan atau literasi mengenai sosok pemuda kurus yang hobby bermain musik Biola dan pencipta lagu dikalangan terbatas maupun secara umum Ahmadiyah dikala itu. Penulis menanyakan ke berbagai tokoh Ahmadiyah awalin Indonesia dan mencari literasi tidak mendapati seorang tokoh komponis itu sebagai anggota Jemaat Ahmadiyah yang bernama Wage Rudolf Soepratman.  

                            ( Masjid AL HIDAYAH Jemaat Ahmadiyah Jakarta Pusat, tempat bersejarah Maulwi Rahmat Ali HAOT bertemu dan berdiskusi masalah Kebangsaan dengan Presiden RI Pertama Ir. Sukarno ) 

Peristiwa Besar Abad 14 H Officieel Verslag Debat Di Batavia 1933
             
          Pada tahun 1933 terjadi peristiwa besar perdebatan antara Ahmadiyah ( Qadian ) dengan diwakili Maulwi. Rahmat Ali HAOT dan Mubaligh pribumi Nusantara Maulwi Abu Bakar Ayub HA melawan Ustadz A. Hasan PERSIS ( Pembela Islam ) bertempat di Gang Kenari Batavia ( Jakarta ). Diselenggarakan selama tiga malam, tema perdebatan ada tiga hal. Pertama masalah kewafatan Nabi Isa as, kedua masalah Kenabian dan ketiga masalah Kebenaran Hz Mirza Ghulam Ahmad as sebagai Almasih Akhir Zaman dan Imam Mahdi. Dan dihadiri pengunjung sekitar 1800 sampai 2000 orang.
              
             Dihadiri pula wakil-wakil dari berbagai Perkumpulan organisasi Islam pada saat itu. Diantaranya , Al-Islamiyah , Al-Islamijah Mr. Cornelis, Pemoeda Moeslim Indonesia, Persatuan Islam Bandoeng, Ahmadiyah Qadian Tjabang Tjepoe, Ahmadijah Qadian Tjabang Bogor, Ahmadijah Qadian Tjabang Padang, Persatoean Islam Garoet, Persatuan Islam Leles, Pendidikan Islam Tg.Priok, Al-Irsjad Bogor, Al Nadil-Islam Cheribon, Nahdatoel Oelama Menes, P.P.M.I. Batavia C.
Wakil-wakil pers yang hadir meliput antara lain dari berbagai Surat Kabar diantaranya, Sipatahoenan, Soemangat, Sikap , Adil, Siangpo, Djawa Barat, Bintang Timur, Pemandangan, Sin Po. 5)
                
             Surat Kabar yang disebut terakhir itu adalah Sin Po yang kita kenal sebagai Surat Kabar harian dimana WR Soepratman berkarya sebagai Wartawan disana tidak didapati keterangan siapa yang meliput dan diutus oleh Dewan Redaksinya.
Siapa saja nama-nama dibalik peristiwa itu. Dalam buku Officieel Verslag Debat antara PEMBELA ISLAM dan AHMADIYAH QADIAN disini dapat kita catat nama-nama pelaku sejarah itu. Selain Maulwi Rahmat Ali HAOT dan Maulwi Abu Bakar Ayub HA dari Ahmadiyah Qadian dan Ustadz A. Hassan dari PERSIS juga ada nama lain sebagai comite dia adalah Ahmad Sarido dan Mhd Muhyidin serta AbdoelRazak yang membacakan ayat suci Al Quran dalam pembukaan acara perdebatan itu, siapa dia.
Lagi-lagi diperistiwa besar Ahmadiyah ini tidak ditemukan nama W.R.Supratman.

Melacak Media masa lalu dan Literasi Ahmadiyah  

            Pada edisi awal yaitu No.1/Oktober 1932 SINAR ISLAM majalah Ahmadiyah ( Qadian ) ada tercantum nama penulis yang produktif yakni R. Hidayat dan Asnah. Kemudian di Edisi Juni 1933 tercantum nama Hoofd Redacteur ( Pemimpin Redaksi ) yang pertama, yakni Saleh S.A. dan diikuti oleh nama-nama lainnya seperti R. Muhyiddin, Maulwi Abdul Wahid H.A. , Maulwi Malik Aziz Ahmad Khan , R. Ahmad Anwar, H.S. Yahya Pontoh dan Syafi R. Batuah.
            
            Sekali lagi, sayangnya penulis juga tidak menemukan Wartawan Sin Po dengan sosok bernama WR Supratman di literatur Ahmadiyah tempo dulu itu.
Dalam buku putih Jemaat Ahmadiyah Indonesia KAMI ORANG ISLAM juga tidak ada sedikitpun goresan tertulis tentang tokoh WR Soepratman. Yang ada adalah Arif Rahman Hakim dan Entoy Moh. Toyib dan nama-nama tokoh Ahmadiyah lainnya sebagai Pahlawan. 6) 
              
            Entah apa yang ada dibenak dipikiran para pengurus JAI Masjid Mubarak Bandung Jl. Pahlawan ketika memberikan nama Perpustakaan di area Masjidnya itu dengan nama WR. Soepratman. Kenapa tidak berpikiran dengan nama Pahlawan Ahmadi yang sudah dikenal diinternal misalnya, Entoy Moh. Toyib , Arif Rahman Hakim, R. Muhyidin dan nama-nama besar lainnya para mubaligh awalin Ahmadiyah. Diantaranya, Maulwi Rahmat Ali HAOT, Maulwi Sayyid Shah Muhammad Al-Jaelani, Maulwi Abdul Wahid HA, Maulwi Malik Aziz Ahmad Khan, Maulwi Ahmad Nurudin , Maulwi Zaeni Dahlan dan lain-lain. 

           Dari nama Wage Rudolf Soepratman itu sendiri  tidak menunjukan seorang sosok santri atau Islami. Nama itu lebih menunjukan seorang Kristiani atau seorang Kejawen Abangan.
Jika digunakan untuk nama sebuah bangunan Perpustakaan , Sekolah atau Rumah Sakit akan lebih cocok dengan nama Wahid Rahmat Soepratman.Nama itu diambil dari dua tokoh Ahmadiyah ( Qadian ) ,  Abdul Wahid adalah tokoh mubaligh Ahmadiyah Nusantara pertama, dan Rahmat Ali adalah mubaligh utusan pertama dari Hindustan ( Qadian ) ke Nusantara. Semoga dapat terwujud rencana besar Jemaat Ahmadiyah membangun Rumah Sakit dengan nama WR Soepratman yaitu Rumah Sakit Wahid Rahmat Soepratman.

                                    

( Perpustakaan W.R.Supratman di area Masjid Mubarak Jl. Pahlawan no.71 Bandung )

( Masjid Mubarak-Bandung )  


            Dari penelusuran dan analisa Buku Kenang-kenangan 10 Tahun Kabupaten Madiun dan cerita lisan serta literasi yang tidak ditemukan nama WR Soepratman, patut dipertanyakan kutipan dan uraian yang menyatakan WR Soepratman mengikuti aliran Ahmadiyah. Apakah sebagai anggota yang memang mengikuti prosesi bai’at, apakah hanya sekedar mengikuti tausyiah-tausyiah para Maulvi ( mubaligh ) Ahmadiyah, dan apakah karena didapati dan dilihat orang  bahwa WR Soepratman mulai menggemari buku-buku atau literatur Ahmadiyah dan sering bergaulnya WR Supratman dengan tokoh-tokoh Ahmadiyah saat itu. Sehingga orang berasumsi WR Supratman sudah menjadi anggota Ahmadiyah. Hal ini juga tidak dapat ditelusuri apakah Ahmadiyah Qadian  atau Ahmadiyah  Lahore    yang diikutinya.


                                                                              PERPUSTAKAAN NASIONAL 

Dugaan Dan Asumsi Bukanlah Fakta  

            Surat Kabar “ Pemandangan “ pernah dikabarkan menulis sebuah artikel yang menyebut Presiden pertama RI Sukarno sebagai pengikut atau propagandis ( Da’i ) dan telah mendirikan cabang Ahmadiyah di Celebes. Dalam pengasingannya di Endeh Sukarno memberikan bantahan kepada Redaksi Pemandangan. Bahwasannya ia bukanlah anggota Ahmadiyah.  Sukarno mengatakan tidak percaya Mirza Ghulam Ahmad seorang nabi dan belum percaya pula bahwa ia seorang mujadid. Namun demikian ia merasa wajib berterima kasih atas penerangan dan penjelasan buku-buku keislaman dari Ahmadiyah. Bantahan ini ia tulis dari pengasingannya di Endeh 25 November 1936. 7).  
Bagaimana sekiranya jika Sukarno tidak memberikan bantahan. Bisa jadi orang banyak atau pembaca Surat Kabar tersebut mempercayainya sebagai suatu fakta dan kebenaran.
            

               Kenapa “ Pemandangan “ menyebut Sukarno sebagai seorang propagandis Ahmadiyah. Ada beberapa kemungkinan , mungkin ia banyak bergaul dengan tokoh-tokoh Ahmadiyah, ia suka menelaah buku-buku Ahmadiyah, bisa juga sikap dan cara pandangannya yang moderat dalam memahami Islam, yang itu adalah merupakan ciri khas Ahmadiyah.
Dalam kasus WR Supratman bisa kemungkinan seperti itu. Dalam Buku sejarah yang lain juga disebutkan pada masa akhir hidupnya WR Soepratman mulai berubah sikap keagamaannya dengan mempelajari Majalah-majalah keislaman dan kerap mendengar tausyiah-tausyiah dari Mubaligh Muhammadiyah dan PSII. Salah satu tokoh pergerakan dikala itu adalah HOS Tjokroaminoto yang kita kenal dengan pandangan keagamaannya dari Ahmadiyah terutama dari Ahmadiyah Lahore. Begitu juga Sukarno kerap membaca buku-buku Maulwi Muhammad Ali Al Lahore. Pada masa sakitnya WR Supratman , HOS Tjokroaminoto juga kerap menjenguknya di kedimananya di Surabaya. 
             

             W.R. Supratman juga mulai mempelajari dan membaca buku-buku Kitab para alim ulama seperti Cokroaminoto, H. Agus Salim dan Kiyai Haji Ahmad Dahlan. 8)  
              
               Buku Sejarah Pahlawan Nasional yang ditulis Bambang Sularto, menceritakan pada awal tahun 1928 Supratman menikahi seorang janda tanpa anak yang bernama Salamah  yang dikenalnya di Batavia. Mereka berdua dinikahkan oleh seorang Naib dan seorang Haji bernama Solikhin sebagai Wali Salamah di kawasan Rawasari dimana mereka tinggal di rumah sewa di Pondokan milik  Haji Solikhin. 9)   
                 
           Buku Sejarah yang lebih menegasi W.R.Soepratman bergama Islam adalah yang ditulis oleh Anthony C. Hutabarat. Di halaman 3 buku WAGE RUDOLF SOEPRATMAN : meluruskan sejarah dan riwayat hidup pencipta lagu kebangsaan Republik Indonesia “ Indonesia Raya “ dan Pahlawan Nasional. Anthony menulis “  W.R. Soepratman beragama Islam, demikian juga sauadara-saudara dan orangtuanya. Setelah dewasa W.R.Supratman bertubuh sedang dan langsing. Perawakannya tinggi dan berkulit kuning langsat. Dalam pergaulan W.R. Supratman dikenal sopan dan ramah sehingga cukup banyak disenangi orang.  Selain itu penampilannya juga tanpan dan simpatik. 10)   

           Kontroversi seorang W.R.Soepratman ternyata bukan saja identitas ia seorang Muslim atau Kristen Katolik. Tapi tempat dan tanggal kelahirannya. Ada yang menuliskan di Jatinegara, Jakarta 9 Maret 1903, dan ada yang menetapkan tanggal 19 Maret 1903 di Somongari Purworejo, Jawa Tengah. Begitu juga ia dituliskan dalam buku Sejarah pernah menikah namun pihak keluarga membantahnya. 

                         


                                                                     Makam W.R.Supratman di Surabaya 


                Intelektual Muda NU Zuhairi Misrawi yang juga merupakan politisi PDIP kerap berkunjung ke Masjid Jemaat Ahmadiyah untuk sholat berjamaah bersama warga Jemaat Ahmadiyah. Tapi di dalam tubuhnya tetap mengalir darah NU dan belum pernah melepaskan ke-NU-annya. 
Demikian juga DR. Ahmad Najib Burhani peneliti senior di LIPI dan Pengurus Bidang Informasi dan Pustaka PP Muhammadiyah.  Penulis Buku “ Menemani Minoritas “  ini kerap bergaul akrab dengan warga muslim Ahmadiyah dan menjadi saksi ahli di Sidang Mahkamah Konstitusi dalam pembelaannya terhadap gugatan Ahmadiyah di Sidang MK. Namun Najib tetaplah Najid Burhani sebagai seorang Muhammadiyah sejati.
               Dalam pandanganya tentang W.R. Supratman, Ahmad Najib Burhani juga berkomentar  yang disampaikan dalam seminar Jalsah Salanah GAI ( Ahmadiyah Lahore ) , 24 Desember 2013. 
             ,"  Bagi saya, W.R. Supratman itu bukan, atau saya belum yakin bahwa dia itu, seorang Ahmadiyah. Kenapa? Salah satu buku yang digunakan sebagai landasan bahwa dia itu Ahmadiyyah adalah buku “Peringatan Ulang tahun Kesepuluh Kota Madiun”, dan itu jarang yang punya. Saya termasuk yang punya. Dijelaskan di situ bahwa W.R. Supratman ketika sakit datang ke Ahmadiyah. Tetapi di situ tidak dijelaskan bahwa dia Ahmadiyah. Nah, kalau umpamanya ada bukti lain, misalnya ada pernyataan dari keluarga, atau baiat, dan sebagainya, mungkin saya menjadi yakin bahwa dia Jemaat Ahmadiyah. Tetapi kalau buktinya hanya buku itu, maka saya belum yakin. "   
  
Seruan Dakwah kepada Intelektual Kampus                 
             
            Bayu Mitra A. Kusuma  dosen di Fakultas Dakwah UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, sebagai Editor dan peneliti ISAIS ( Institute of Southeast Asian Islam ) menulis dalam editorialnya di Buku Jemaat AHMADIYAH INDONESIA, Konflik, Kebangsaan, dan Kemanusiaan.
Peneliti yang tidak penulis ketahui sebagai peneliti junior atau senior ini menulis, “                   
            Keterlibatan Ahmadiyah dalam revolusi kemerdekaan dan kebangsaan tidak bisa disepelekan. Sebagai contoh adalah W.R. Supratman, dimana dia kemudian kita kenal sebagai pencipta lagu kebangsaan Indonesia Raya yang kita kumandangkan dalam berbagai kesempatan mulai dari upacara bendera sampai turnamen olehraga berskala internasional. Kemudian ada lagi Arif Rahman Hakim, yang dikenal dengan gelar Pahlawan Ampera. Faktanya mereka berdua adalah anggota JAI. Harus diakui pula bahwa kontribusi JAI dalam mempelopori terjemahan Al-Quran ke dalam Bahasa Indonesia cukup luar biasa. Namun demikian, dalam perjalanan bangsa ini narasi tersebut justru jarang diingat, bahkan mulai dilupakan oleh sebagian masyarakat.  11)  
            
          Sosok Arif Rahman Hakim tak perlu diragukan lagi beliau adalah seorang Khaddim atau anggota Jemaat Ahmadiyah Indonesia. Tapi siapakah WR Soepratman, apakah ada bukti kuat yang mendukung beliau sebagai anggota Ahmadiyah. Nampaknya Bayu Mitra A. Kusuma tidak meneliti secara mendalam, bahwa di luar JAI ada sekelompok masyarakat Indonesia yang juga mengklaim bahwa beliau termasuk dalam golongannya. Fakta apa yang bisa ditunjukan oleh ISAIS.   
          
         Teman-teman ISAIS Bayu Mita A. Kusuma dan teman-teman lainnya Al Makin, Muhammad Said, Fariz Alniezar, Abd. Aziz Faiz, Ahmad Izudin, Ahmad Aminuddin, Wiwin S. Aminah Rohmawati, Nurbayti,  Stara Asrita, Masthuriyah Sa’dan, Siti Noor Aini dan Amanah Nurish, tidak akan sempurna dan tidak akan mendapat penjelasan yang utuh dalam penelitian Anda jika tidak berbai’at masuk ke dalam Jemaat Ahmadiyah.  Pintu Ahmadiyah terbuka untuk Anda semua untuk bergabung ke dalam Jemaat Ahmadiyah dan menyempurnakan penelitian selanjutnya. Jika masih ada di luar maka akan selalu kurang dalam penelian Anda mengenai gerak langkah Ahmadiyah.

Pergulatan Batin Iman Islam versus Iman Kristiani

           Seorang Muslim yang jika ia menyatakan keluar dari Islam dan mengganti kepercayaannya dengan agama lain, maka ia disebut Murtad. Beberapa ulama ada yang memfatwa dihukum penjara sampai ia “ tobat “ dan ada yang memfatwa harus dihukum mati. Dalam hal ini Jemaat Ahmadiyah memilih jalan moderat dengan memberikan kebebasan kepada seseorang sebagai hak dasar individunya memilih keimanannya termasuk mengganti kepercayaannya. 
Seseorang dapat dikatakan Muslim jika ia sudah dan pernah menyatakan dirinya dan mengucapkan dua kalimah syahadat. Itu dasar utamanya.
              
            Berkaca pada kisah Usamah ra yang dikala mendapati seorang musuh di medan perang dan ketika laki-laki musuh itu terdesak mengucapkan ‘Laa Illaha Illallaah’ Usamah ra tetap menghujamkan tombaknya. Dan ketika dilaporkan kepada Nabi Muhammad SAW beliau sangat menyesali tindakan Usamah ra tersebut. Hanya dari ucapan pengakuan keesaan Tuhan maka seseorang sudah dapat layak dinyatakan sebagai muslim.
             Seorang laki-laki umat Kristiani tidak ada halangan atau larangan menikah dengan wanita muslim atau non-Kristiani. Orang yang sudah dibaptis dalam iman Yesus sebagai Juru Selamat maka sampai kapan pun dia adalah seorang domba Tuhan. Walau ia sudah menikah dengan seorang Muslimah dan mengucapkan dua kalimah syahadat. Dan domba Tuhan yang sudah tersesat jauh pun akan tetap sebagai domba. Dan ini dikatagorikan sebagai domba yang hilang ( umat yang tercecer ).  
            
            Dalam iman Islam Ahmadiyah dan Iman Kristiani ini tentu sangat berbeda. Namun ada juga kesamaan-kesamaan yang bisa dilihat bersama dalam kehidupan kebangsaan dan kemanusiaan.  Tugas dari seorang Kristiani terutama Katolik adalah menjadi orang yang 100 persen Katolik dan 100 persen warga Negara Indonesia. Bahwa mendahulukan Negara tidak serta-merta meninggalkan atau menutup ruang identitas kekatolikan. Sebaliknya memperjuangkan kekatolikan, tidaklah bertentangan dengan semangat kebangsaan dalam berkehidupan bernegara dan berbangsa.  
           
           Jemaat Ahmadiyah Indonesia mempunyai pemahaman dan keyakinan yang sama. Mereka mempunyai Imam Rohani yang memimpin semua Jamaah Ahmadiyah diseluruh dunia dalam hal ini Khalifah Jamaah Muslim Ahmadiyah. Jamaah Muslim Ahmadiyah Indonesia adalah bagian dari Jamaah seluruh dunia. Segala seruan khalifah menjadi acuan gerak langkah warga muslim Ahmadiyah dimana pun berada. Sebagai warga Negara Indonesia Jamaah juga berkewajiban mengikuti dan menjalankan hukum dan konstitusi yang berlaku di Negara Kesatuan Republik Indonesia secara utuh dan penuh.

          Saudara-saudara dari pihak Katolik untuk membuktikan W.R. Supratman adalah bagian dari umat Katolik tidak lagi diperlukan pembuktian bahwa ia pernah dipercikan air suci seorang Romo dalam prosesi Sakramen Babtisnya. Yang terpenting dalam mengisi kemerdekaan ini adalah menyiapkan domba-domba terbaik untuk kepentingan bangsa dan Negara.

          Demikian juga JAI untuk membuktikan W.R. Supratman adalah seorang Ahmadi tidak lagi dibutuhkan dokumen prosesi Bai’atnya. Yang terpenting adalah mengkader Khuddam  unggulan yang selalu siap untuk dipanggil guna kepentingan umat manusia dimana pun ia berada.     

          Matius mengatakan, jika kamu mempunyai keimanan sebesar sebiji sawi maka akan dapat memindahkan gunung. W.R. Supratman punya Biola dan sebuah karya lagu kebangsaan Indonesia Raya dapat menggetarkan rasa nasionalisme dan kebangsaan Rakyat Indonesia. 
          Sabda Yesus , jika syahmu diminta seseorang maka berikan pula jubah yang kau miliki. Hal ini memberikan kepada kita suatu pelajaran berharga bahwa jika sesuatu itu diinginkankan pihak lain maka sikap mengalahlah yang dikedepankan. 

          Siapa pun W.R. Supratman ia sebagai domba Tuhan atau Jamaah Muslim hendaknya  menjadi inspirasi kita semua baik umat Katolik dan umat Islam dalam semangat kebangsaan menjadikan Indonesia Maju serta Indonesia Adil dan Makmur.  
Indonesia Raya Merdeka ! Indonesia Raya Zindabad !!


Darisman Broto
Aktifis Ahmadiyah Jakarta.

7 Mei 2019 

WA 08129307398 email : mydarisman@gmail.com       

Daftar Sumber Referensi :

1). Buku MENGENAL TOKOH KATOLIK INDONESIA Dari Perjuangan Kemerdekaan, Pahlawan Nasional, Hingga Pejabat Negara. Sambutan Pengantar Dirjen Bimas Katolik RI, Kata Pengantar Dr. J. Kristiadi. Prolog Sekretaris Eksekutif Komisi HAK-KAWI. Epilog Angelo Wake Kako. Penulis Bernadus Barat Daya dan Silvester Detianus Gea. Penerbit YAKOMINDO @2017. 
     
2). “DWITUNGGAL“Tokoh Katolik Dalam Musik Perjuangan Indonesia               :http://romojostkokoh.blogspot.com/2017/08/dwitunggal-tokoh-katolik-dalam musik.html

4). http://theahmadiyya.blogspot.com/2011/09/inilah-sepenggal-kisah-wr-soepratman.html 

5). Buku Peristiwa Besar Abad 14 H, OFFICIEEL VERSLAG DEBAT antara PEMBELA ISLAM dan AHMADIYAH QADIAN, Reproduksi Fotografis Dari Buku Asli 1933,Penerbit Sinar Islam Jakarta.

6). Buku KAMI ORANG ISLAM , Jemaat Ahmadiyah Indonesia 1989,halaman 115-120 Pengabdian Dan Kesetiaan Ahmadiyah Pada Perjuangan Kemerdekaan R.I.
7). Buku Dibawah Bendera Revolusi oleh Ir. Sukarno, Jilid Pertama Tjetakan          ketiga Panitya Penerbit DIBAWAH BENDERA REVOLUSI 1964. Peninggalan almarhum Bapak Soeparno Hasanmihardjo.

8). Buku W.R. SUPRATMAN Pecipta Lagu Kebangsaan Kita oleh Yusuf A. Puar Matu Mona, Penerbit C.V.Indrajaya Jakarta, Milik P & K , Tidak dijualbelikan @1976 PERPUSTAKAAN NASIONAL, halaman 68.  

9). Buku Pahlawan Nasional , Wage Rudolf Supratman oleh B. Sulorto, Proyek Biografi Pahlawan Nasional Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan @2007, halaman 121. 

 10). buku WAGE RUDOLF SOEPRATMAN : meluruskan sejarah dan riwayat hidup pencipta lagu kebangsaan Republik Indonesia “ Indonesia Raya “ dan Pahlawan Nasional. Anthony C. Hutabarat, halaman 3, BPK Gunung Mulia @2011 cet.1 

11). Buku Jemaat AHMADIYAH INDONESIA, Konflik, Kebangsaan, Dan Kemanusiaan Oleh Muhammad Said dkk, Penerbit ISAIS UIN Sunan Kalijaga @November 2018.
Ahmad Najib Burhani :   




                                        (Basuki Cahaya Purnama ( Ahok ) seorang Kristen Protestan yang mempelajari Islam sejak Bangku SD ( Sekolah Dasar ) menerima Al Quran Terjemah dan Tafsir Jemaat Ahmadiyah Indonesia. Foto: 9 Januari 2017 ) 

Ingin lepas dari gangguan nyamuk dalam tidur dan istirahat Anda, miliki dan gunakan Lampu Anti-Nyamuk Black Hole. Hubungi : 08129307398 
                                                                     
                                Nutrilite Salmon Omega-3 Complex Mengandung Vitamin E 20,1 mg dan Salmon Oil yang mengandung Asam Lemak Omega 3 Esensial (180 mg EPA (Eicosapentaenoic Acid) dan 120 mg DHA (Docosahexaenoic Acid)) untuk membantu memelihara kesehatan. POM SI 044 512 011.Hubungi ; 08129307398
I

  










Komentar

  1. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  2. Tulisan ini sangat layak dibaca oleh banyak orang Ustadz Darisman Broto. Selamat menunaikan ibadah Puasa. Apabila sejarah telah dibelokkan sejak awal akan menjadi polemik dan 'rebutan' berbagai pihak. Namun yang terpenting mari kita mengisi kemerdekaan dan menjaga persatuan Bangsa. Ada tokoh lain yang menjadi perbandingan yang juga agamanya diubah yaitu Pattimura yang dikenal sebagai Protestan dalam tulisan M. Sapija namun dalam tulisan Ahmad M. Suryanegara agamanya diubah dan namanya diubah menjadi Ahmad Lussy atau Mat Lussy. Sedih menyaksikan sejarah seperti ini. Entah apa motivasi di balik tindakan-tindakan begini. Beberapa tahun lalu juga ada klaim Borobudur peninggalan Nabi Sulaiman. Saya yakin hal-hal begini jika tidak dibantah, sepuluh atau dua puluh tahun ke depan akan dianggap kebenaran.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bagus juga jika pihak Katolik menyajikan sebuah sejarah WR Supratman tentu dengan bukti yang mendukung, misal kapan dimana dan oleh Romo siapa WRS dibabtis. Memang tidak bisa dibantah dan disalahkan jika seseorang itu pernah menikah dan dimakamkan secara Islam bisa dianggap sebagai Muslim.

      Hapus
    2. Sebenarnya pahlwan dari muslim sudah ribuan kalo hanya sekedar satu dua orang mau di klaim silahkan, tapi mengklaim orang dari namanya saja jelas salah. Kalo di Ambon tidak bisa seseorang islam atau bukan dilihat dari Marga atau nama harus ada penulusuran. soal borobudur itu hanya pendapat seorang ahli silahkan anda bantah sesuai keahlian, bukti dan fakta yang tepat dan benar

      Hapus
    3. Nama tidak bisa selalu identik dengan agama seseorang: Misal nama salah satu perdana mentri Indonesia adalah Amir Sarifudin, tetapi dia adalah seorang kristen, seperti juga Nama Jend. Napoleon Bonaparte ternyata muslim, jadi silahkan dibuktikan aja

      Hapus
  3. saya sejak dulu membaca bahwa WR Supratman adalah seorang muslim, tentang nama Rudolf itu biasa dipakai orang saat dulu, sama dengan nama robert, steven, robin, bukan berarti itu menunjukan dia adalah seorang Katholik, lagi pula makamnya juga jelas dia adalah seorang muslim.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Klem muslim ,,tanda dan lagu vokalnya bukan sholawat ,,tapi not balok katolik musik tradisional katolik,..pasti kalau dia muslim tentu menyanyikan lagu Indonesia raya ,,dalam versi sholawat..

      Hapus
    2. pernah baca quran surah maryam secara utuh?? fokus di surah maryam 19:28"Wahai saudara perempuan Harun (Maryam)! Ayahmu bukan seorang yang buruk perangai dan ibumu bukan seorang perempuan pezina.”
      surah Maryam 19: 30:Dia (Isa) berkata, “Sesungguhnya aku hamba Allah, Dia memberiku Kitab (Injil) dan Dia menjadikan aku seorang Nabi.
      Imran punya anak 3:
      1. Harun
      2. Maryam
      3. Musa
      Maryam saudara Harun ini hidup dijaman Israel dijajah Mesir dengan pemerintahan Firaun. Maryam ini yg menghanyutkan Musa ke sungai dan di temu putri Mesir.
      sementara Maryam ibu Yesus (Injil), itu jaman Israel dijajah Romawi. jarak hidup Maryam saudara Harun dan Maryam Ibu yesus itu ribuan tahun. lah buku sucimu saja salah kok apalagi hanya soal sejarah soepratman. tahu gak itu salah?? jadi ada 2 maryam yang hidup di beda Zaman, pengarang/penulis bukumu itu mengira Maryam saudara Harun ini ibu yesus. padahal bukan.
      kalau memang itu yang Maha Kuasa harusnya tidak salah. karena YANG MAHA KUASA TIDAK PERNAH SALAH..paha? .renungkan apakah buku itu dari yang maha Kuasa? kok salah? dan masih banyak salah selain hal itu.
      kalau elo anggap gw bohong..silahkan buka buku sucimu..baca lengkap surah ali imron dan surah maryam..km akan sadar banyak hal itu keliru. tapi terserah kamu mau gimana..murtad juga gk enak. tp ngikuti yg salah rasanya juga kesia siaan. carilah yang BENAR dan TINGGALkan yang salah..

      Hapus
    3. Tafsir as-Sa'di / Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa'di, pakar tafsir abad 14 H 28. “Hai saudara perempuan Harun,” zahir ayat ini menunjukkan bahwa Harun adalah saudara aslinya, sehingga mereka menisbatkannya kepada Harun. [Kebiasaan mereka pada zaman dahulu adalah menggunakan nama-nama para nabi. Akan tetapi, Harun ini bukan Harun putra ‘Imran, saudara Nabi Musa, karena antara keduanya ada jarak masa berabad-abad lamanya]. “Ayahmu sekali-kali bukanlah seorang penjahat, dan ibumu sekali-kali bukanlah seorang pezina,” maksudnya tidaklah dua orang tuamu melainkan orang-orang shalih, selamat dari perbuatan jelek yang mereka isyaratkan (yaitu zina). Maksud ucapan mereka, “Kenapa sifatmu berbeda dengan sifat mereka berdua, dengan melakukan perbuatan yang tidak pernah mereka lakukan?” hal ini disebabkan biasanya, anak keturunan itu mengikuti sebagian sifat baik atau buruk orang tua. Maka mereka merasa heran berdasarkan pengetahuan yang ada dalam hati mereka, bagaimana mungkin perbuatan ini terjadi pada Maryam?! Hidayatul Insan bi Tafsiril Qur'an / Ustadz Marwan Hadidi bin Musa, M.Pd.I Surat Maryam ayat 28: Maryam dipanggil saudara perempuan Harun, karena ia seorang wanita yang saleh seperti kesalehan Nabi Harun ‘alaihis salam. Namun menurut Syaikh As Sa’diy, bahwa Maryam memang saudara perempuan Harun, namun Harun di sini bukan Harun bin Imran saudara Nabi Musa, karena antara keduanya berbeda jauh abadnya. Ketika itu, sudah biasa menamai anak-anak yang lahir di kalangan mereka dengan nama para nabi. Hal itu, karena sudah biasa, bahwa keturunan itu mengikuti orang tuanya dalam kesalehan. Oleh karena itu, mereka heran terhadapnya.

      Referensi: https://tafsirweb.com/5074-surat-maryam-ayat-28.html

      Hapus
  4. Kasihan beliau. Kalau memang beliau adalah seorang muslim di fitnah seorang Kristen. Tapi kalo memang Kristen ya ga masalah. Asal ada bukti dan jelas.

    BalasHapus
    Balasan
    1. pernah baca quran surah maryam secara utuh?? fokus di surah maryam 19:28"Wahai saudara perempuan Harun (Maryam)! Ayahmu bukan seorang yang buruk perangai dan ibumu bukan seorang perempuan pezina.”
      surah Maryam 19: 30:Dia (Isa) berkata, “Sesungguhnya aku hamba Allah, Dia memberiku Kitab (Injil) dan Dia menjadikan aku seorang Nabi.
      Imran punya anak 3:
      1. Harun
      2. Maryam
      3. Musa
      Maryam saudara Harun ini hidup dijaman Israel dijajah Mesir dengan pemerintahan Firaun. Maryam ini yg menghanyutkan Musa ke sungai dan di temu putri Mesir.
      sementara Maryam ibu Yesus (Injil), itu jaman Israel dijajah Romawi. jarak hidup Maryam saudara Harun dan Maryam Ibu yesus itu ribuan tahun. lah buku sucimu saja salah kok apalagi hanya soal sejarah soepratman. tahu gak itu salah?? jadi ada 2 maryam yang hidup di beda Zaman, pengarang/penulis bukumu itu mengira Maryam saudara Harun ini ibu yesus. padahal bukan.
      kalau memang itu yang Maha Kuasa harusnya tidak salah. karena YANG MAHA KUASA TIDAK PERNAH SALAH..paha? .renungkan apakah buku itu dari yang maha Kuasa? kok salah? dan masih banyak salah selain hal itu.
      kalau elo anggap gw bohong..silahkan buka buku sucimu..baca lengkap surah ali imron dan surah maryam..km akan sadar banyak hal itu keliru. tapi terserah kamu mau gimana..murtad juga gk enak. tp ngikuti yg salah rasanya juga kesia siaan.

      Hapus
  5. kalian gak usah debat..kalah semua kalian kalau debat sama yg satu ini. jangankan WR soepratman.. nabi Musa , nabi Daud..yang sebelum ada islam saja dikalim islam kok. WR soepratman ini jelas islam lah. suka suka elo pokoknya. cocokologi. ilmu ala ala..

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

KEBANGSAAN DAN AGAMA

Mirza Ghulam Ahmad Nabi Atau Bukan ?